28
Pembelajaran Secara Daring Dirumah Tidak Efektif

Pembelajaran Secara Daring Dirumah Tidak Efektif

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Kabupaten Kepulauan Anambas menilai proses belajar mengajar secara online atau yang selama ini dikenal dengan belajar dari rumah (BDR) sangat tidak efektif, karena mengakibatkan potensi belajar anak menurun.

“Sangat disayangkan, ternyata belajar dari rumah membuat potensi anak menjadi menurun. Akan tetapi, hal itu tidak bisa dihindari karena kondisi kita saat itu yang masih dilanda pandemi Covid-19,” kata Kadisdikpora, Kabupaten Kepulauan Anambas, Drs. Nurman Senin (5/7/2021).

Selain tidak efektif, menurut Nurman, terkadang terjadi kecenderungan memunculkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap anak itu sendiri.

“Melihat dari sisi anak, kadang-kadang selaku orang tua tidak mampu membimbing anak. Dari segi negatifnya Kadang-kadang anak itu di KDRT, ada juga yang kadang-kadang anaknya tidak belajar lalu dibawa mencari nafkah, seperti mencari ikan dan lain-lain,” sebut Nurman.

Nurman menjelaskan, bahwa belajar dari rumah atau (BDR) secara nasional, telah mendapat pengakuan dunia internasional, bahwa hasilnya tidak semaksimal belajar tatap muka. Banyak hal, lanjut Nurman, yang membuat belajar tata muka tidak maksimal.

“Yang pertama umur habis, kedua, sisi karakter siswa menurun, kerjaanya cuman main aja, masa anak bangsa seperti itu,” ujar cetusnya.

Bukan hanya itu, lanjut Nurman, banyak sisi negatif lainya yang berpotensi terjadi jika belajar secara daring atau dari rumah.

Lantaran itu, ia mencoba meyakinkan ke masyarakat, bahwa walaupun belajar tata muka (BTM) karena suasana Covid – 19 ini, siswa tetap melakukan Prokes,” ujarnya.

Pada sisi lain, sebut Nurman, banyak dari siswa pada saat belajar dari rumah melalaikan tugasnya sebagai seorang murid. Bahkan, pada beberapa kasus, ditemukan banyak siswa hanya nongkrong di kafe dan bermain game online.

Baca Juga :  Warga Siantan Yang Sudah Vaksin Sebanyak 4000 Orang

Lebih lanjut Nurman mengatakan, jikapun proses belajar mengajar dilakukan secara tata muka, pihaknya melakukan pembatasan jam belajar. Yakni hanya 2 jam setengah. Sementara, proses belajar pada umumnya memakan waktu selama 6 jam, yakni dari pukul 07.30 sampai ke pukul 12.30.

“Jadi sisa, 3 setengah jam akan disambung di rumah. Namun, itupun kebanyakan orang tua murid tidak setuju,” ujar Nurman.

Menurut Nurman, suasana seperti sekarang ini, semua pihak mengambil beban tanggungjawab. Bukan hanya tanggung jawab dari sekolah saja, namun juga tanggung jawab bersama,” katanya.